Selasa, 19 Maret 2013

PROBOLINGGO KAYA WISATA


Kabupaten Probolinggo memiliki luas sekitar 1.696,166 Km persegi, tepatnya pada 112° 51' - 113° 30' Bujur Timur dan 7° 40' - 8° 10' Lintang Selatan, berada pada ketinggian 0 - 2500 m dpl[1]. Populasi penduduk total kabupaten 1.004.967 jiwa dengan kepadatan 592,49 jiwa/km2.

peta kabupatenKabupaten Probolinggo mempunyai banyak objek wisata, di antaranya Gunung Bromo, Air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya yang indah, Pantai Bentar, Ranu Segaran, dan Sumber Air Panas yang terletak di desa Tiris serta Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Selain itu Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas, di antaranya Kerapan Sapi, Kuda Kencak, Tari Glipang dan Tari Slempang, Tari Pangore dan Seni Budaya masyarakat Tengger. Selain obyek wisata dan keseniannya Kabupaten Probolinggo juga menghasilkan buah-buahan, sayur-sayuran serta hasil perkebunan lainnya. Kabupaten ini dikelilingi oleh Gunung Semeru, Gunung Argopuro, dan Pegunungan Tengger. Potensi lain yang dimiliki Kabupaten Probolinggo seperti Sumber Daya Alam berupa tembakau, mangga, anggur, semangka, tebu, pohon jati, udang, pasir, emas, tembaga, mangaan, biji besi, belerang, sulfur, dan ikan laut.
Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti Wibawa". Makna semboyan : Prasadja berarti : bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti berarti : menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa berarti : mukti, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa" berarti : Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju kemuliaan.[2]

Epitemologi
Ketika seluruh Wilayah Nusantara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit tahun 1357 M (1279 Saka), Patih Gajah Mada telah dapat mewujudkan ikrarnya dalam Sumpah Palapa, menyambut keberhasilan ini, Raja Hayam Wuruk berkenan berpesiar keliling negara. Perjalanan muhibah ini terlaksana pada tahun 1359 M (1281 Saka).[3]
Menyertai perjalanan bersejarah ini, Empu Prapanca seorang pujangga ahli sastra melukiskan dengan kata-kata, Sang Baginda Prabu Hayam Wuruk merasa suka cita dan kagum, menyaksikan panorama alam yang sangat mempesona di kawasan yang disinggahi ini. Masyarakatnya ramah, tempat peribadatannya anggun dan tenang, memberikan ketenteraman dan kedamaian serta mengesankan. Penyambutannya meriah aneka suguhan disajikan, membuat Baginda bersantap dengan lahap. Taman dan darma pasogatan yang elok permai menyebabkan Sang Prabu terlena dalam kesenangan dan menjadi kerasan. Ketika rombongan tamu agung ini hendak melanjutkan perjalanan, Sang Prabu diliputi rasa sedih karena enggan untuk berpisah. Saat perpisahan diliputi rasa duka cita, bercampur bangga. Karena Sang Prabu Maha Raja junjungannya berkenan mengunjungi dan singgah berlama-lama di tempat ini. Sejak itu warga di sini menandai tempat ini dengan sebutan Prabu Linggih. Artinya tempat persinggahan Sang Prabu sebagai tamu Agung. Sebutan Prabu Linggih selanjutnya mengalami proses perubahan ucap hingga kemudian berubah menjadi Probo Linggo. Maka sebutan itu kini menjadi Probolinggo.[4]






POTENSI PARIWISATA

1.       Danau Ranu Segaran
Ranu Segaran terletak di Desa Segaran, kecamatan Tiris, +60 km arah tenggara dari Kota Probolinggo. Pintu masuk utama terletak di pertigaan sebelum Koramil Tiris. Ranu Segaran merupakan danau alam, air tampak jernih, lingkungannya masih alami dan udaranya masih segar, sehingga memberikan kenyamanan dan ketenangan tersendiri bagi wisatawan. Hawa di sekitar terasa dingin, karena berada di ketinggian 600m dpl. Ranu Segaran adalah salah satu danau yang terjadi akibat aktivitas vulkanik. Konon dulunya ini adalah bekas kawah namun karena sudah tidak aktif lagi dan tergenang air, akhirnya berubah menjadi danau.[5]
Tiba di Ranu Segaran Anda akan menjumpai sebuah danau luas yang masih alami dan boleh dikatakan masih belum tersentuh modernisasi wisata. Di sini terdapat sebuah warung yang menjual berbaga jenis makanan bagi para pengunjung. Bagi yang suka memancing, di sini juga disediakan rakit-rakit yang bisa digunakan untuk mencari ikan di tengah danau.[6]

2.       Candi Jabung
Candi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo. Bahan Bangunan terbuat dari batu bata dan ukuran candi Jabung adalah panjang 13,13 meter, lebar 9,60 meter dan tinggi 16,20 meter. Candi Jabung berdiri di sebidang tanah berukuran 35 meter x 40 meter. Pemugaran secara fisik pada tahun 1983-1987, penataan lingkungan luasnya bertambah 20,042 M2 dan terletak pada ketinggian 8M diatas permukaan air laut. Candi Jabung menghadap ke arah Barat, pada sisi barat menjorok ke depan, merupakan bekas susunan tangga naik memasuki Candi. Disebelah Barat Daya halaman candi terdapat bangunan candi. Menara sudut di perkirakan penjuru pagar, fungsinya sebagai pelengkap bangunan induk Candi Jabung. Candi Menara sudut terbuat dari bahan batu bata, bangunan candi tersebut berukuran tiap-tiap sisi 2.55 meter, tinggi 6 meter.[7]
Arsitektur Candi Jabung sangat menarik, mempunyai komponen berupa batur, kaki, tubuh dan atap, pada bagian tubuh bentuknya bulat (silinder segi delapan) berdiri diatas bagian kaki candi yang betingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan pada bagian atapnya pagoda (stupa) tetapi pada bagian puncak sudah runtuh dan atapnya berhias motif sulur-suluran. Di dalam bidik candi terdapat lapik area, berdasarkan inskripsi pada pintu masuk candi Jabung didirikan pada tahun 1276 c (saka) = 1354 Masehi masa kebesaran kerajaan Majapahit. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagara Kertagama dan Pararaton Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagara Kertagama candi Jabung di kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhra Gundul salah seorang keluarga raja.[8]
Pemugaran candi Jabung dilaksanakan oleh proyek pemugaran dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Timur yang bekerjasama dengan direktorat perlindungan dan pembinaan peninggalan sejarah dan purbakala Jakarta, bidang permusiuman dan kepurbakalaan kantor wilayah departemen pendidikan dan kebudayaan Propinsi Jawa Timur, suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa tImur dan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Probolinggo serta tidak kecil pula bantuan pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Probolinggo.[9]



3.       Danau Ronggojalu
Selain dijadikan sebagai obyek wisata, danau Ronggojalu juga digunakan sebagai sarana air bersih dan industri untuk kepentingan masyarakat Probolinggo. Danau Ronggojalu terletak di kecamatan Tegalsiwalan, dengan mata air yang terbentuk dari bentukan alam dan memiliki kapasitas 3000 liter per harinya. Dari volume air yang melimpah dan jernih inilah, masyarakat memanfaatkan danau Ronggojalu sebagai sarana irigasi untuk sawah dan untuk kebutuhan air minum kota. Di lokasi danau ini, sebagai fasilitas untuk rekreasi keluarga pihak pengelola menyediakan kolam untuk anak-anak, penyewaan ban dan beberapa warung yang menjual berbagai makanan. Suasana yang sejuk dan hijau, ditambah dengan udara yang bersih sangat cocok menjadikan danau ini sebagai area rekreasi keluarga.[10]

4.       Pantai Bentar
Pantai Bentar Indah, terletak di tepi jalan raya Surabaya - Banyuwangi, tepatnya berada di Kecamatan Gending, sekitar 7 Km dari pusat kota Probolinggo. Pantai ini tidak terlalu ramai dikunjungi, tetapi menawarkan satu pemandangan yang indah dan menawan. Karena terletak bersebrangan dengan bukit dan hutan bakau, menjadikan pantai ini serasa menyatu dengan alam yang hijau. Terdapat sebuah dermaga yang panjang kearah tengah laut dan bisa dilalui dengan aman, dan bisa menambah keindahan laut Bentar saat berada di ujung dermaga.[11]

5.       Pulau Pasir
Pulau Pasir terletak di sebelah utara Pantai Bentar. Cukup dengan membayar Rp.10.000/orang dan tak lebih dari 15 menit perjalanan menggunakan perahu motor dari dermaga Pantai Bentar. Pesona tersembunyi di Pulau Pasir dapat ditemukan saat tiba di hamparan pasir berwarna hitam. Rimbunan pohon bakau menjadi ikon pertama dari Pulau Pasir. Deretan Pohon Bakau di sekitar Pulau Pasir terlihat seperti jalan setapak bagi para penghuni Laut Bentar. Dari balik rimbunan bakau banyak terlihat burung Kuntul. [12]
Pulau ini meski belum diakui pemerintah pusat, pulau ini mulai dimanfaatkan untuk wisata bahari. Tentang hal ini, sudah diusulkan ke pemerintah pusat pada 2011 lalu agar diakui sebagai pulau kecil milik Probolinggo. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Tutug Edi Utomo, merujuk kepada UU RI Nomor 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pasir dan Pulau-pulau Kecil. Namun hingga kini Kementerian Kelautan dan Perikanan juga Kementerian Dalam Negeri belum memberikan jawaban terkait keberadaan Pulau Pasir.[13]


6.       Air Terjun Madakaripura
Air terjun Madakaripura, terletak di kecamatan Lumbang, Probolingo dan merupakan air terjun yang sangat indah untuk dikunjungi. Air terjun ini masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan memiliki bentuk seperti ceruk yang dikelilingi bukit yang meneteskan air pada seluruh tebingnya seperti layaknya hujan yang turun. Untuk mencapai lokasi air terjun ini tidak begitu sulit, dan akan melewati pemandangan yang sangat indah dan rute perjalanan yang tidak terlampau curam. Melintasi dinding-dinding bukit di jalan menuju air terjun akan memberikan sensasi yang luar biasa mengharukan,. Bila beruntung, adanya lutung yang saling berlompatan dan bersenda gurau satu dengan yang lainnya akan memberikan nuansa hutan belantara yang jarang bisa ditemukan di tempat lain. Di balik Air Terjun Madakaripura terdapat pula sebuah gua, dan untuk masuk ke sana harus terlebih dahulu melewati kolam air yang ada tepat di bawah Air Terjun Madakaripura. Dengan arus air setinggi 7 Meter dan arus air yang sangat deras membuat goa ini sulit untuk dijangkau. Dibalik keindahannya yang agung, Madakaripura dipercaya sebagai tempat bertapa mahapatih Gajahmada pada era kerajaan Majapahit.[14]

7.       Pulau Gili Ketapang
Gili Ketapang adala sebuah desa, atau lebih tepatnya pulau kecil di Selat Madura, tepatnya 8 Km di lepas pantai utara Probolinggo yang berlokasi di Kecamatan Sumberasih.
Memiliki luas wilayah sebesar 68 hektar, dihuni oleh sebagian besar etnis Madura yang bermatapencaharian sebagai nelayan dengan kualitas hidup yang bisa disebut makmur. Pulau Gili Ketapang terhubung dengan Pulau Jawa, dan bisa diakses melalui pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo yang hanya berjarak sekitar 30 menit perjalann. Pulau ini masih terbilang pulau yang masih perawan, dimana terdapat laut yang masih biru dan bebas pencemaran dan di dasar laut terlihat terumbu karang yang jernih dan berwarna-warni. Masyarakat sekitar Gili Ketapang meyakini bahwa desa Ketapang awalnya menyatu dengan Pulau Jawa. Setelah gempa dasyat pasca letusan gunung Semeru, desa Ketapang terlepas dengan sendirinya dari Pulau Jawa. Karena itu nama Gili Ketapang berasal, dalam bahasa Madura, Gili memiliki arti mengalir, dan Ketapang adalah nama asli tempat tersebut.[15]


[2] ibid
[3] Ibid
[4] Ibid
[6] Ibid
[8] Ibid
[9] Ibid
[12] Prihan Suhudi, dkk. Keindahan Tersembunyi Dari Pulau Pasir. Majalah Bromo. Edisi Tebatas/2012.
[13] Ikhsan Mahmudi. Pulau Pasir Probolinggo Menunggu Pengakuan. Dalam http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=8ce6ac656b375037b431a5a43902074a&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc. Diakses 13 Maret 2013.